Selasa, 10 Juni 2014

TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN DAN DIAGRAM DAUN


LAPORAN PRAKTIKUM III
MORFOLOGI TUMBUHAN
(ABKC 2203)

TATA LETAK DAUN, RUMUS  DAUN
DAN DIAGRAM DAUN

Dosen Pengasuh :
Dra.Hj. Sri Amintarti, M.Si

Asisten Dosen :
Rusmalina
Wardah

Oleh:
Noor Laila
(A1C213094)
Kelompok 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2014
PRAKTIKUM III

Topik               : TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN DAN DIAGRAM DAUN
Tujuan             : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan   
                           rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun.
Hari / tanggal  : Kamis, 13 Maret 2014
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 


I.             ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat :
  1. Baki/nampan
  2. Alat tulis
B.     Bahan-bahan :
  1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
  2. Ranting Alamanda (Allamanda chatartica L.)
  3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
  4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
  5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.          CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirostik dan tripirostik).
2.      Menentukan rumus daun : 1/2, 2/5, 3/8, dan seterusnya.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun.




III.       TEORI DASAR
            Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
            Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun
            Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram Tata Letak Daun
            Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.    Spirostik dan Parastik
            Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula.
            Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
            Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke  arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.

V. ANALISIS DATA

1. Ranting Kembang Sepatu (Hibicus rosa-sinensis)
Klasifikasi                  
Kingdom                     : Plantae
Divisio                         : Magnoliophyta
      Classis                         : Magnoliopsida
      Sub classis                   : Dilleniidae
      Ordo                            : Malvales
      Familia                        : Malvaceae
      Genus                          : Hibicus
      Species                        : Hibicus rosa-sinensis
      (Sumber: Cronquist:1981)
Berdasarkan hasil pengamatan tanaman kembang sepatu (Hibicus rosa-sinensis), mempunyai tata letak daun tunggal tersebar, yaitu pada setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun saja. Tumbuhan ini mempunyai bentuk batang bulat, tangkai daun silindris, ujung daun tidak rata dan arah tumbuh batang tegak menuju ke atas.
                        Pada bagan dan diagram terlihat jelas bahwa duduk daun pada batang adalah tersebar dan dalam 2 kali melingkar terdapat 5 daun.   Tanaman ini mempunyai rumus daun 2/5, terdapat 5 daun dalam mengelilingi 2 kali batangnya. Tanaman ini mempunyai sudut divergensi antara dua daun berturut-turut adalah 1440.
2.      Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi :
Kingdom            : Plantae
Divisio                : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Sub classis          : Asteridae
Ordo                   : Gentianales
Familia               : Apocynaceae
Genus                 : Allamanda
Spesies               : Allamanda cathartica L.
(Sumber : Steenis.2003) 
Alamanda merupakan tumbuhan perdu berumur panjang (perenial), tingginya bisa mencapai 4 m.  Batang berkayu, berbentuk silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai.  Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau, bentuk jorong, panjang 5 - 15 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tebal, ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan bawah halus, bergetah.  
Berdasarkan hasil pengamatan, tata letak daun alamanda (Allamanda cathartica L.) ini adalah berkarang (folia verticillata). Dalam satu karang daun berjumlah 3-4. Karena tata letak daunnya yang berkarang, maka pada daun ini tidak dapat ditentukan rumus daunnya. Tetapi pada duduk daunnya memperlihatkan ortostik-ortostiknya yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain. Sedangkan garis spiralnya memutar ke kiri dan kanan menghubungkan daun-daun yang menurut arah ke samping mempunyai jarak terdekat. Garis-garis spiral ini yang disebut parastik.

3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi :
Kingdom            : Plantae
Divisio                : Magnoliophyta
Classis                : Liliopsida
Sub classis          : Arecidae
Ordo                   : Cyclanthales
Familia               : Pandanaceae
Genus                 : Pandanus
Spesies               : Pandanus sp.
(Sumber : Steenis.2003)
Pandan samak (Pandanus sp.) adalah salah satu jenis tanaman perdu yang tumbuh di lingkungan yang lembab mulai dari daerah pantai, rawa, sampai pegunungan pada ketinggian 0 sampai 1100 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hasil pengamatan, daun pandan (Pandanus sp.) terkumpul rapat pada batang dalam 3 baris berbentuk spiral, duduk dengan pangkal memeluk batang. Sama seperti pada alamanda, tumbuhan pandan juga tidak dapat ditentukan rumus daunnya, karena spiral genetiknya sukar ditemukan dan tampaknya letak daun pada batang  mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral sehingga dinamakan juga spirostik. Spirostik ini terjadi karena pertumbuhan batang tidak lurus melainkan memutar, sehingga ortostiknya juga ikut memutar dan berubah menjadi spirostik tadi.

4.      Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi :
Kingdom            : Plantae
Divisio                : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Sub classis          : Caryophyllidae
Ordo                   : Caryophyllales
Familia               : Amaranthaceae
Genus                 : Amaranthus
Spesies               : Amaranthus spinosus L.
(Sumber : Steenis.2003)
Berdasarkan hasil pengamatan, tata letak daun bayam (Amaranthus spinosus L.) pada batang adalah tunggal tersebar. Rumus untuk daun ini adalah 2/5. Hal ini berarti untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral mengelilingi batang satu kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah dua.

5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi :                
Kingdom                     : Plantae
Divisio                         : Magnoliophyta
      Classis                         : Magnoliopsida
      Sub classis                   : Dilleniidae
      Ordo                            : Violales
      Familia                        : Caricaceae
      Genus                          : Carica
      Species                        : Carica papaya L.
      (Sumber: Cronquist:1981)
     Berdasarkan pengamatan pada tanaman pepaya (Carica papaya L.) memiliki batang yang memperlihatkan bekas-bakas daunnya, memiliki bentuk daun menjari, dan batang yang berbentuk silindris atau bulat.        Selain itu, tanaman pepaya memiliki tata letak daun yang tunggal tersebar dan mempunyai rumus daun 3/8, maksud angka 3 (tiga) tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak 3 putaran, dan maksud dari angka 8 (delapan) tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari angka nol. Karena rumus daunnya didapatkan maka dapat dihitung sudut disvergensi 3/8 x 360  = 1350.


V.                KESIMPULAN

1.      Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan berkarang.
2.      Rumus daun daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
3.      Bagian duduknya daun dapat diproyeksikan sebagai silinder 3 dimensi dana padanya digambar ortostik-ortostiknya demikian pula pada buku-buku batangnya. Ini berpatokan pada rumus daun yang telah baku pada umumnya.
4.      Diagram daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna. Ini berpatokan pada sudut divergensinya maupun rumus daunnya.
5.      Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) mempunyai tata letak daun yang tunggal tersebar, rumus daunnya adalah 2/5 dengan sudut divergensinya  1440
6.      Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) rumus daunnya a/b = 2/5, sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
7.      Tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), rumus daunnya a/b = 3/8, sudut disvergensinya 3/8 x 360° = 135°
8.      Tumbuhan alamanda (Allamanda cathartica L.) letak daunnya berkarang atau tersusun dalam satu lingkaran sehingga sulit ditentukan rumus daunnya.
9.      Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) letak daunnya tersusun dalam spiral yang memperlihatkan 3 spirostik sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.










VII.    DAFTAR PUSTAKA

Amintarti, Sri. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin : PMIPA FKIP UNLAM.

Anonim.A.2014 : http://www.agroprima.com/tabulakar/100109-01.jpg, diakses pada         tanggal 15 Maret 2014

Anonim.B.2014.http://www.biofarmaka.or.id/psb/psbpng/galeribungasepatumerah.JPG, diakses pada tanggal 15 Maret 2014

Anonim.C.2014.http://www.indianetzone.com/37/images/Amaranthus_18485.jpg, diakses pada tanggal 15 Maret 2014

Anonim.D.2014.http://www.moe.gov.sg/edumall/tl/digital_resources/biology, diakses pada tanggal 15 Maret 2014

Anonim.E.2014. http://www.plantamor.com/thmnails/allcatca01n.jpg, diakses pada tanggal 15 Maret 2014
           
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

1 komentar: