Upaya
Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasi dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Perwujudan
nilai moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui
seseorang dalam pengembangan nilai-nilai hidup tertentu adalah sebuah proses
yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli (Surakhmad, 1980: 17). Apa yang
terjadi di dalam diri pribadi seseorang hanya dapat didekati melalui cara-cara
tidak langsung, yakni dengan mempelajari
gejala dan tingkah laku seseorang tersebut, maupun membandingkannya dengan
gejala serta tingkah laku orang lain. Di antara proses kejiwaan yang sulit
untuk dipahami adalah proses terjadinya dan terjelmanya nilai-nilai hidup dalam
diri individu, yang mungkin didahului oleh pengenalan nilai secara intelektual,
disusul oleh penghayatan nilai tersebut, dan yang kemudian tumbuh di dalam diri
sedemikian rupa kuatnya sehingga seluruh jalan pikiran, tingkah lakunya, serta
sikapnya terhadap segala sesuatu di luar dirinya, bukan saja diwarnai tetapi
juga dijiwai oleh nilai tersebut.
Karena itu, ada kemungkinan bahwa ada individu yang tahu tentang sesuatu
nilai tetapi tetap menjadi pengetahuan. Tidak semua individu mencapai tingkat
perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita dihadapkan dengan masalah
pembinaan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai,
moral, dan sikap remaja adalah ;
a.
Menciptakan
Komunikasi
Dalam
komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa bagaimana seseorang harus
bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak
harus dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada upaya untuk mengikut sertakan
remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga,
sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut secara aktif dalam tanggung jawab
dan penentuan maupun keputusan kelompok.
Di
sekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk
mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga dia belajar
tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini tidak
sesuai dengan nilai atau norma-norma moral.
Kita
mengetahui bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari memerlukan satu kesempatan
untuk diterima dan diresapkan sebelum menjadi bagian integral dati tingkah laku
seseorang. Dan kita ketahui pula bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari
barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan
bersama.
b.
Menciptakan
Iklim Lingkungan yang Serasi
Seseorang
yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral, kemudian berhasil memiliki
sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu umumnya adalah
seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan
konsekuensi senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan
nilai hidup tersebut. Ini berarti antara lain, bahwa usaha pengembangan tingkah
laku hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual
semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kodusif di mana
faktor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang kongkret dari
nilai-nilai hidup tersebut. Karena lingkungan merupakan faktor yang cukup luas
dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan
sosial yang terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai
pendidik dan Pembina yaitu orang tua dan guru.
Para
remaja sering bersikap kritis, menantang nilai-nilai dasar-dasar hidup orang
tua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka
akan suatu sistem nilai yang tetap dan memberi rasa aman kepada remaja. Mereka
tetap menginginkan suatu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk
bagi perilaku mereka. Karena itu, orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya
perlu memberi model-model atau contoh perilaku yang merupakan perwujudan
nilai-nilai yang diperjuangkan.
Untuk
remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang
dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya
sendiri. Pedoman ini juga untuk menumbuhkan identitas dirinya, menuju
kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang
lalu terjadi dalam masa transisi ini.
Nilai-nilai
keagaman perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengajarkan tingkah laku
yang baik dan buruk, sehingga secara psikologis berpedoman kepada agama
termasuk dalam final.
Akhirnya
perlu juga diperhatikan bahwa satu lingkungan yang lebih banyak bersifat mengajak,
mengundang, atau memberi kesempatan akan lebih efektif dari pada lingkungan
yang ditandai dengan larangan-larangan dan peraturan-peraturan serba membatasi.
sumber : Prof.
Dr. H. Sunarto dkk.2002.Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Baccarat - The Ultimate Guide to Playing on the Go
BalasHapusBaccarat is a popular card game played by a skilled gambler. If you 바카라 사이트 유니88 win, you win the bet and you win. If you play with zero